Selasa, 21 Februari 2012

menunggu redanya galau

Sewindu sudah,
Kereta itu berangkat membawa semuanya
Semua harapan,
Semua angan,
Semua lamunan,
Semua asa-asa indah,
Di tengah perjalanannya,
Kereta itu tak pernah sunyi
Akan simfoni cinta
Akan lagu-lagu syahdu
Di tengah terjalnya kerikil-kerikil yang selalu menghadang
Dan,
Kini,
Hari ini,
Saat ini,
Detik ini,
Kereta itu telah sampai di perhentian
Namun tak satupun harapan, angan, lamunan, asa-asa indah itu
Turun,
Di perhentian itu,
Masih terlihat untaian permata
Sebongkah zamrud hijau besar
Dan tak ada satupun mutiara yang
Menyusuri jalan menuju kereta itu
Akhirnya,
Kereta itu berusaha beranjak pergi dari perhentian
Yang tak pernah menyambutnya dengan kebahagiaan
Langkah gontai yang mengiringi
Sejengkal demi sejengkal tanah yang ia lalui
Seakan ingin untuk berhenti,
Berharap,
Permata, zamrud, mutiara itu
Memanggil
Haruskah berpisah di sini?
Sebuah renungan untuk direnungkan sejenak, meski ditemani derasnya hujan yang menetes di setiap jengkal tanah yang telah dilalui kereta itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar